Minggu, 15 Desember 2013

Alasan Mengapa Simbologi Begitu Penting bagi Zionist dan satanic?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3CzT90VfD6Mt8NqOD-K-Je-Re-cYAjep9h0d7ifI0zPeVocmh7x-wshkYWSQmHQ1R44puBZaHV_48gAh9cUAriZ6-K4DaCX9g5bgES12_Bxcva29K1f09FyNaIjq2C59UlrJKtoJPzQ/s640/baphomet-satanic-symbol.gif

Salah seorang remaja, akhir-akhir ini ia memiliki kebiasaan aneh. Kebiasaannya itu tampak sepele bagi orang lain, namun tidak bagi dirinya. Tanpa sadar ia kerap mendendangkan lagu cinta terlarang versi The Virgin. Padahal ia tahu betul bahwa lagu itu mengajarkan lesbianisme dan perselingkuhan.

Kini pemuda itu berusaha untuk tidak tergoda kembali dengan lagu ***** itu. Namun pertanyaannya, kenapa pemuda itu selama ini bisa terbuai untuk melantuntankannya secara tidak sadar?



Lain lagi dengan kisah salah seorang remaja wanita yang satu ini. Kasusnya hampir serupa.
Entah mengapa ia begitu mengagumi Lady Gaga dan Raihanna, padahal ia sadar betul Raihanna dan Lady Gaga adalah dua wanita berstatus agen Kaballah dalam jagad musik dunia.
Lirik lagu Umbrella Raihanna pun menyiratkan bahwa manusia berada dibawah sebuah payung Illuminati. Sebuah filosofi yang kental dalam ajaran paganisme.
Lagi-lagi pertanyaannya serupa, kalau memang remaja putri tersebut telah tahu bagian dari skenario besar yang tengah dilancarkan Raihanna, kenapa justru ia malah mengaguminya? Wow! cara cuci otak yang hebat bukan?
Yahudi dan Simbologi: Mewaspadai Otak Reptil
Mungkin satu-satunya ras manusia di dunia ini yang begitu terpikat dengan simbol adalah Yahudi. Bagaimana tidak, simbol-simbol perusahaan yang saat ini ada adalah bagian dari simbol mereka. Katakanlah Adidas, MasterCard, Vodavone, IBM, Intel, Coca-Cola, Indosat, dan sebagainya.
Tidak hanya pada perusahaan, banyak agen-agen satanisme ini menelurkan simbol-simbolnya lewat logo Grup Band Musik, Logo Klub Sepakbola, merchandishe Piala Dunia hingga syair-syair puitis.
Sampai pada satu titik, penulis bertanya mendalam, kenapa Simbologi seperti “sebuah kepercayaan” dan harga mati bagi Doktrin Yahudi?
Disini penulis mencoba untuk tidak melihat dari perspektif teologi, tapi penulis tertarik untuk mengkajinya dalam bingkai kajian psikologis. Sebuah hal yang masih jarang kita teliti.
Simbolisme berkaitan dengan doktrin. Sebuah simbol diciptakan untuk membawa seseorang ke alam pikiran kelompok atau orang yang membuat simbol tersebut. Karena kita berhubungan dengan alam doktrin, berarti kita harus menelaah fungsi otak sebagai “terdakwa” penyerap doktrin.
Menurut penelitian, otak manusia adalah suatu organ yang beratnya sekitar 1,5 kg atau sekitar 2 % dari berat tubuh dan dioperasikan dengan bahan bakar glukosa dan oksigen.
Saat bayi dilahirkan, otaknya telah berukuran 1/4 dari ukuran otak dewasa. Otak menyerap sekitar 20 % suplai oksigen yang beredar di dalam tubuh manusia. Semua manusia sejak lahir telah memiliki 100.000.000.000 (seratus miliar) sel otak aktif dan didukung oleh 900.000.000.000 (sembilan ratus miliar) sel pendukung lainnya. Jadi, total ada 1 triliun sel otak.
Manusia diberi otak yang sedemikian luar biasa kemampuannya. Namun, ini barulah potensi. Potensi ini harus dikembangkan. Meskipun memiliki jumlah sel otak yang sangat banyak, bukanlah jaminan seseorang dapat menjadi makhluk yang cerdas.
Di dalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang secara bertahap. Yaitu:
Otak Reptil,
Otak Mamalia, dan
Neo Cortex.
Otak Reptil
Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kendali, sistem saraf otonomi, dan untuk mengatur fungsi utama tubuh seperti denyut jantung dan pernafasan.
Selain itu, otak reptil juga berfungsi mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya atau ancaman dengan menggunakan pendekatan “lari” atau “lawan”.
Namun orang tidak menyadari, bahwa pada dasarnya otak Reptil-lah yang menjadi bagian penting dari doktrin simbologi.
Otak reptil memiliki fungsi untuk merespon segala hal terhadap apa yang ia dengar dan saksikan, termasuk sebuah simbol.
Sifat responsif ini terjadi karena otak reptil memiliki kesamaan dengan otak primitif.
Ia tidak mampu maksimal untuk menganalisa, berfikir, mencerna secara intelektual apa-apa saja hal yang menghampirinya. Karena sebagian fungsinya hanya untuk menjalankan fungsi insting seperti makan, minum, tidur dan sebagainya.
Jadi, ketika sebuah film propaganda terlihat Mata Satu atau lagu yang sedang didengar dengan lantunan lirik sesat di dalam video klipnya, otak reptile-lah yang sebenarnya lebih banyak menyerap dan menerima, tanpa banyak mengkritisi.
Tujuan dari Yahudi mungkin tidak aneh, bahwa dengan terbiasa sebuah simbol Dajjal tersaji ke muka umum, nantinya manusia tidak akan merasa gagap jika kemudian Dajjal turun.
Neo Cortex
Neo Cortex sendiri adalah lawan dari otak reptile. Otak ini adalah bagian belahan otak yang kritis, sarat pemikiran, dan tidak mudah tersugesti karena memiliki cara kerja yang menggunakan daya analisis tajam. Karena itu kita jangan taklid buta terhadap perkataan dari diri sendiri jika memang salah.
Dalam arti, kita menerima begitu saja suatu perkara tanpa memakai sebuah nalar dan tuntunan wahyu untuk mencernanya. Jadi, seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatnya. Setiap pendapat yang sesuai dengan kebaikan, maka ambillah. Dan jika tidak sesuai dengan keduanya, maka tinggalkanlah.
Kita baiknya agar bertanya kepada fihak yang lebih berkompetensi jika menghadapi persoalan. Artinya, bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kita tidak mengetahui. Inilah sebuah landasan agar kita selalu waspada dan memakai akal kita, terlebih saat kita menyaksikan propaganda simbolis mereka.
Doktrin Simbologi dan Back Up Gelombang Otak
Selain pengaruh otak Reptil, gelombang otak juga memberikan faktor dominan. Dalam kajian psikologi kognisi, kita mengenal bahwa gelombang otak terdiri dari empat gelombang bagian. Gelombang otak itu adalah:
Delta, dengan Frekuensi 0,1 – 4 Hz
Thetha, dengan frekuensi 4 – 8 Hz
Alpha, dengan frekuensi 8-12 Hz
Betha, dengan frekuensi 12-25 Hz
Gamma, dengan frekuensi 25 Hz ke atas
Insting sugestif terhadap simbol, lagu-lagu, serta tampilan visual yang mengandung pesan simbolisme akan maksimal terserap ketika gelombang otak manusia berada pada level kondisi alpha dan thetha. Misalnya ketika kita sedang membaca, menulis, berdoa dan ketika kita fokus pada suatu obyek, yaitu dalam skala 4-12 Hz.
Gelombang alpha sendiri memiliki peran sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alpha juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hypnosis (sugesti) yang ringan.
Saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dalam, hampir tidur, atau tidur disertai mimpi. Frekuensi ini menandakan aktivitas pikiran bawah sadar. Secara alami anda memasuki kondisi alpha dan theta setiap akan tidur dan bangun tidur.
Ketika anda sudah merasa sangat rileks, tenang, dan hampir tertidur, tapi anda masih menyadari keberadaan anda, maka seperti itulah kondisi dimana kita mudah tersugesti.
Ketika anda terjaga dari tidur, dan masih malas untuk beranjak dari tempat tidur karena masih ingin melanjutkan tidur lagi, maka seperti itulah kondisi saat doktrin simbologi masuk dengan kondusif.
Bedanya, ketika kita akan memulai tidur, kondisi otak kita mengalami defisit Hertz.
Yaitu berada pada kondisi alpha-theta dalam beberapa menit saja, untuk kemudian gelombang otak kita turun ke pososi gelombang delta (tanda bahwa tubuh dan pikiran anda beristirahat total).
Sedangkan dalam kondisi orang yang tersugesti, manusia bisa mengalami kondisi trance (gelombang otak alpha-theta) dalam waktu yang lama.
Orang yang bermeditasi, berdoa dengan khusyuk, terpana melihat sesuatu, terhanyut membaca novel atau suatu cerita, melamun dan semacamnya juga menghasilkan gelombang otak alpha sampai theta.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar