Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
As Sakinah >> Sahabat pembaca Assakinah yang budiman kali ini sakinah ingin berbagi ilmu mengenai letak otak jahat pada manusia,Seorang Ahli Saraf di Jerman mengklaim menemukan lokasi otak tempat bersembunyinya kejahatan pembunuh, pemerkosa, dan perampok.
Ilmuwan Bremen, Dr Gerhard Roth menemukan area jahat terletak pada bagian depan otak, di lobus pusat otak dan muncul pada sinar-X sebagai massa yang gelap.
Dr Roth menemukan area itu ketika menyelidiki pelaku kekerasan yang dihukum selama bertahun-tahun untuk studi pemerintah Jerman.
Para pelaku kriminal itu diperlihatkan film berisi kebrutalan, tapi bagian otak diciptakannya kasih sayang tetap tidak berubah - yang muncul adalah massa gelap di bagian depan lobus pusat.
"Kami menunjukkan film pendek kepada orang-orang ini dan gelombang otak mereka diukur," ujar Dr Roth seperti dikutip Dailymail, Rabu (6/2/2013).
"Setiap kali ada adegan brutal dan kurang bermoral tidak menunjukkan emosi. Di area otak itu kita menciptakan kasih sayang dan duka, itu tidak ada yang terjadi," ujarnya.
Massa gelap di bagian otak depan, lanjutnya, muncul di semua scan orang dengan catatan kriminal yang melakukan kekerasan. "Ketika Anda melihat scan otak penjahat kekerasan, selalu ada kekurangan parah di bagian depan di bawah otaknya."
"Ada kasus di mana seseorang melakukan kriminal sebagai akibat dari tumor atau cedera di daerah itu, dan setelah operasi mengangkat tumor, orang itu kembali normal," jelas Dr Roth.
"Tapi ini jelas merupakan wilayah otak di mana kejahatan terbentuk dan bersembunyi".
Dari penelitian tersebut, Dr Roth, mengatakan ada dua kejahatan yang sama. Ia juga membaginya dalam tiga kelompok untuk tujuan berburu kejahatan.
Pertama, Dr Roth mengklasifikasikan sebagai 'sehat secara psikologis', yakni orang yang tumbuh dalam lingkungan yang oke untuk mencuri dan membunuh.
Kedua adalah kejahatan mental yang terganggu yang melihat dunianya sebagai ancaman. "Penglihatan yang salah, satu gerakan yang salah, ia bisa meledak menjadi pembunuh".
Kelompok ketiga adalah psycopath murni, sebuah kelompok seperti Hitler dan Stalin.
Ia mengatakan, tak semua monster yang lahir semakin diperburuk oleh lingkungan. Jenis orang ini masih bisa diarahkan ke jalan yang benar.
"Para ahli mendeteksi penurunan mental pada beberapa orang yang dimulai di TK. Ini adalah tugas masyarakat untuk memberikan dukungan luas terhadap anak-anak dan orangtua mereka sebelum mereka menjadi penjahat".
Dr Roth merupakan salah satu spesialis otak terkenal di Jerman. Ia juga berada di garis depan menyerukan reformasi hukuman pada beberapa tahun lalu. [yy/liputan6]
Hasil Pindai Otak Pembunuh dan Pemerkosa
Frasa
"otak jahat" tak hanya istilah, namun juga tampak dalam wujud nyata.
Setidaknya, inilah yang terbaca dari penelitian Dr Gerhard Roth, seorang
ahli saraf dan profesor di University of Bremen.Pada Daily Mail London, ia menyatakan, ditemukan sebuah massa gelap pada salah satu bagian saat orang-orang dengan catatan kriminal--termasuk pembunuh dan pemerkosa--dipindai otaknya.
"Ketika Anda melihat scan otak pelaku kejahatan berat, selalu ditemukan bagian dengan warna lebih gelap di bagian bawah permukaan otak," kata Roth. "Ada kasus di mana seseorang menjadi pelaku kriminal sebagai akibat dari tumor atau cedera di daerah itu, dan setelah operasi untuk mengangkat tumornya itu, orang tersebut berperilaku normal kembali."
Roth tidak sendirian membeberkan teori bahwa scan otak dapat mengungkapkan kecenderungan psikopat seseorang. Kent Kiehl, profesor psikologi di University of New Mexico, membuktikan hal yang sama setelah melakukan pemindaian otak atas 2.000 narapidana di penjara-penjara di Wisconsin dan New Mexico.
Kiehl menemukan pola yang sama pada hasil scan otak mereka. "Jika Anda memiliki perilaku yang berbeda, Anda akan memiliki otak yang berbeda," katanya.
Kiehl mencatat peran gen MAOA dalam perilaku kekerasan. Dia mengatakan, jika seseorang memiliki gen dan berasal dari lingkungan yang stres, ia memiliki peningkatan risiko untuk melakukan tindak kekerasan. Gen dapat menyebabkan variabilitas dalam kepadatan materi abu-abu di beberapa bagian otak, yang merupakan faktor risiko untuk menjadi psikopat.
"Psikopati saat ini dianggap sebagai prediktor terbaik dari perilaku masa depan," kata Kiehl.
Roth setuju dengan pendapatnya. "Ketika saya akan melihat orang-orang muda, dan saya melihat ada gangguan perkembangan di otak bagian bawah, saya dapat memastikan bahwa 66 persen kemungkinan mereka akan menjadi pelaku kriminal pada masa mendatang," ujarnya.
Banyak psikolog percaya bahwa psikopati, seperti halnya autisme, adalah kondisi neurologis yang berbeda yang dapat diidentifikasi sejak anak-anak berumur 5 tahun. Demikian dilaporkan New York Times pada bulan Mei.