Aksi penyerbuan berdarah pasukan gabungan polisi dan tentara Mesir terhadap para pengunjuk rasa pendukung Presiden Mohamed Morsi, Rabu (14/8/2013), memantik kecaman tegas dari komunitas internasional. Hingga Kamis (15/8/2013) dini hari WIB, Kantor Berita MENA menyebut jumlah korban tewas akibat peristiwa itu telah mencapai 235 jiwa.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Inggris, Iran, Qatar dan Turki secara tegas mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah guna membubarkan demonstran di dua kamp protes di Kairo, lapor Kantor Berita AFP. Negara-negara Sekutu Barat, disebut Kantor Berita Reuters, menganggap aksi kekerasan polisi dan militer itu merusak upaya diplomasi damai yang telah mereka upayakan dengan para pendukung Morsi.
Aksi yang disusul dengan pengumuman masa darurat nasional selama satu bulan itu telah menewaskan sedikitnya 124 orang. Sementara PBB menaksir jumlah korban jiwa mencapai ratusan. Sedangkan juru bicara jemaah Ikhwanul Muslimin menyebut setidaknya 250 orang tewas akibat aksi kekerasan terhadap oposisi itu.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang mendesak kedua pihak untuk menahan diri menyampaikan penyesalan yang mendalam atas langkah kekerasan yang ditempuh pemerintah Mesir untuk menghadapi demonstrasi yang tengah berlangsung di negara itu. Pernyataan itu disampaikan tertulis dan dirilis oleh juru bicaranya.
Amerika Serikat yang sebelumnya mendukung pemerintah sementara Mesir dengan tegas mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan terhadap pemrotes dan mendesak pihak militer untuk lebih menahan diri, kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest. Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan dirinya sangat prihatin atas pergolakan dan aksi kekerasan yang terus memburuk di Mesir.
“Saya mengutuk penggunaan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi dan meminta pihak keamanan dapat menahan diri,” kata Hague. Sedangkan Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt dalam akun Twitter-nya menulis, “Tanggung jawab utama berada pada pasukan keamanan rezim, sangat sulit untuk mengembalikan proses politik.”
Pesan bernada negatif juga datang dari Qatar, yang merupakan pendukung utama kelompok Ikhwanul Muslimin yang pro Morsi. “Qatar mengecam upaya kekerasan yang dilakukan terhadap aksi demonstrasi damai di kamp Rabaah Al Adawiyah dan Al Nahda yang menewaskan sejumlah orang tak berdosa,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar dalam pernyataan yang dirilis kantor berita resmi QNA.
Turki yang juga dekat dengan pemerintahan Morsi mendesak komunitas internasional untuk mengambil langkah cepat atas apa yang mereka sebut sebagai “tindakan yang tidak dapat diterima” itu. “Komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB dan Liga Arab, harus bertindak cepat guna menghentikan `pembantaian` itu,” kata pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Turki.
Sikap serupa ditunjukkan Indonesia dalam pernyataan tertulis Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Selain sikap keprihatinan pemerintah Republik Indonesia atas perkembangan kondisi terkini di Mesir, Marty juga mengemukakan ajakan Indonesia kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah guna menghentikan aksi kekerasan yang terjadi di tengah gejolak politik Mesir.
Sedangkan Iran menyebut aksi tersebut sebagai sebuah “pembantaian”. “Iran terus mengikuti peristiwa pahit yang terjadi di Mesir dan tidak setuju atas aksi kekerasan yang dilakukan serta mengutuk pembantaian warga sipil dengan segala konsekuensinya,” kata pihak kementerian luar negeri dalam pernyataannya.
Tetapi Prancis, Jerman dan Italia menahan diri untuk menyalahkan salah satu pihak dalam krisis tersebut, mereka sepakat untuk mengajak kedua pihak tetap tenang. “Kekerasan itu perlu dihentikan dan kedua pihak harus diliputi perasaan saling menahan diri,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis.
Menteri Luar Negeri Italia Emma Bonino mengatakan dirinya sangat sedih atas kejadian di Mesir. “Saya minta kepada mereka yang terlibat di Mesir untuk melakukan segala upaya untuk menghentikan kekerasan dan menghindari pertumpahan darah. Pihak angkatan bersenjata harus menahan diri,” katanya.
Respons negatif atas penyerbuan berdarah polisi dan militer Mesir terhadap unjuk rasa damai di kamp Rabaah Al Adawiyah dan Al Nahda itu juga menyulut aksi solidaritas di pelbagai tempat. Di depan Kedutaan Besar Mesir di Aman, Jordania, massa menyemut menjukkan rasa ketidaksukaan mereka terhadap ulah pemerintah bentukan militer di Negeri Piramida itu. Aksi serupa dilaporkan Reuters juga terjadi di Istambul Turki dan Kortoum Sudan.