Setelah liburan, fenomena yang kerap terjadi pada banyak siswa adalah kehilangan semangat belajar. Ini bisa dimaklumi karena, setelah sebelumnya menghabiskan hari-hari dengan belajar, liburan mereka jadikan kesempatan untuk menciptakan kebiasaan yang menggantikan rutinitas belajar mereka.
Liburan, dengan kata lain, bukan lagi
berdampak sebagai jeda untuk membuat belajar lebih giat, tapi malah
seperti bumerang. Alih-alih semangatnya naik, energi para siswa, bahkan
mahasiswa, justru turun setelah liburan pergantian semester.
Sebagai guru, ini adalah masalah yang
lazim dihadapi, namun bukan berarti mudah untuk diatasi. Segera setelah
kembali, para murid harus segera kembali dimotivasi. Apa yang bisa
dilakukan sebagai pengajar untuk mengembalikan kembali semangat belajar
usai liburan? Berikut tiga tipsnya.
Berbagi cerita liburan.
“Apa yang dilakukan selama liburan?” Gunakan keinginan siswa untuk
bercerita tentang liburan mereka sebagai dasar untuk kegiatan
pendidikan. Dapat juga dibuat kompetisi bercerita, atau menulis, atau
bahkan dalam bentuk yang lebih kreatif lagi—misalkan menjadikannya
sebuah film pendek. Kenapa tidak? Tujuan dari kegiatan ini adalah
membuka jalur komunikasi dan menjadikan siswa kembali “mengaktifkan”
otak mereka. Ini semacam pemanasan, sebelum mereka masuk waktu-waktu
belajar seperti biasanya.
Beri penghargaan.
Pastikan Anda memiliki sistem penghargaan untuk tugas-tugas yang Anda
berikan kepada murid. Entah itu sebuah sertifikat sekolah standar,
program penghargaan, bonus kecil-kecilan, atau ciptakan piala Anda
sendiri. Misalkan, Anda sering dipanggil Pak Budi. Maka, buatlah Pak
Budi Award untuk kategori-kategori awarding nan unik dan segar.
Misalkan, kategori “Liburan Terlucu”, “Liburan Paling Membosankan”, dan
lain sebagainya. Setidaknya, hari-hari pertama masuk sekolah dapat
menjadi sesuatu yang sama atau bahkan lebih menyenangkan dari liburan
mereka.
Bicarakan cita-cita masa depan.
Dengan melakukan ini, para murid seolah diingatkan kembali mengenai
hari-hari mendatang. Zona nyaman seringkali muncul ketika kita terlalu
menikmati hari ini. Akan tetapi, barangsiapa yang mengingat seperti apa
dia ingin menjadi, zona tidak nyaman otomatis muncul. Belajar,
kerapkali, diasumsikan sebagai sesuatu yang mengganggu kesenangan.
Memaksa dan membuat mereka tidak bisa bersantai menikmati keadaan.
Belajar baru menjadi hal yang menyenangkan, semangat dilakukan, ketika
murid-murid tersebut sadar: untuk apa dia belajar?
Dengan melakukan ini, selain membangun
motivasi internal ke dalam diri siswa, pengajar pun membantu
murid-muridnya lebih terarah, fokus, dan siap menjalani hari-hari
berzona tidak nyaman. [creativeeducation.co.uk]