Betapa bahagianya rakyat Mesir ketika ia telah menjadi pemimpin..
Di negeri piramid sana..
Ucapan selamat mengharu biru..
Memberi pesona senyum yang merekah..
Cita cita itu seakan telah menjadi kenyataan..
Menegakkan syari'at di negeri Fir'aun..
Namun..
Ternyata Allah berkehendak lain..
Tiba tiba lebah sisi menyengatkan bisanya..
Membuat sekuntum Mursi menjadi layu..
Menjadi kenangan..
Hati hati pun terbakar..
Tak rela sekuntum itu jatuh tersungkur..
Teriakan jihad pun dikumandangkan..
Lautan manusia berduyun meminta keadilan..
Tak rela..
Mungkin..
Kalimat sabar sudah tak ada guna..
Mungkin..
Fatwa ulama sudah dianggap usang..
Karena mata telah ditutup kabut kemarahan..
Apa kata mereka bila kita bacakan fatwa Al Hafidz ibnu Hajar:
"Para fuqoha telah bersepakat wajibnya menaati penguasa yang menang (dalam revolusi)..
Dan bahwa menaatinya lebih baik dari pada melawannya..
Karena itu lebih menahan tertumpahnya darah dan fitnah..
(Fathul baari 13/7)..
Mungkin mereka akan berteriak..
Pengkhianat.. Antek yahudi.. Bunglon..
Itulah..
Ketika ilmu telah kalah..
Tak ada lagi kata dan fatwa..
Di Al jazair sana..
Masih tersisa kenangan pahit..
Ketika partai Islam menang mutlak..
Ternyata..
Penguasa membatalkan hasil pemilu..
Huru hara pun terjadi..
Kembali darah kaum muslimin bersimbah..
Akankah kenangan pahit itu terulang di negeri piramid..
Seakan Allah tidak ridla dengan jalan itu..
Kejayaan melalui demokrasi..
Ternyata hanya fatamorgana..
Ya.. Allah..
Jalan-Mu lah yang terbaik..
Jalan yang dititi oleh para Nabi dan Rasul..
Jalan ilmu dan amal..
Jalan tauhid dan ittiba'..
Tashfiyah dan tarbiyah..
ﻗﻞ ﻫﺬﻩ ﺳﺒﻴﻠﻲ ﺃﺩﻋﻮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺑﺼﻴﺮﺓ ﺃﻧﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﺗﺒﻌﻨﻲ ﻭﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ
"Katakan, "Inilah jalanku aku berdakwah kepada Allah di atas bashiroh aku dan orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, dan aku bukanlah orang-orang yang menyekutukanNya." (Yusuf: 108)